Kamis, 30 April 2009

Kesabaran Yang Berbuah Manis

Setelah melakukan studi panjang selama 16 tahun menggunakan teleskop milik ESO, tim astronom dari Jerman berhasil memperlihatkan kondisi paling detil yang pernah ada dari area di sekitar jantung galaksi Bima Sakti - area dari monster menakutkan si lubang hitam supermasif. Penelitian ini mengungkap rahasia yang tersimpan di area tersebut melalui pemetaan orbit 28 bintang. Bahkan satu bintang di antaranya telah berhasil melakukan putaran penuh mengelilingi lubang hitam.

Pengamatan gerak 28 bintang yang mengorbit area pusat galaksi Bima Sakti, menunjukan keberadaan lubang hitam supermasif yang tengah mengintip kita dari balik debu antar bintang. Ia dikenal sebagai Sagittarius A (atau dikenal sebagai bintang Sagittarius A). Berbagai informasi termasuk bentuk istimewa bintang-bintang tersebut dan juga lubang hitam yang mengikat mereka berhasil dikuak.

Pusat galaksi merupakan laboratorium yang unik dimana kita bisa belajar proses-proses dasar gravitasi yang besar dan kuat, serta dinamika dan pembentukan bintang yang memiliki keterkaitan yang sangat besar dengan inti galaksi. Disinilah pabrik kelahiran bintang dan tempat berlabuh sang monseter menakutkan, lubang hitam supermasif. DI area ini jugalah kita bisa mempelajari lubang hitam dengan lebih mendetil.

Tapi untuk mengamati area ini tidaklah mudah. Pengamatan dalam panjang gelombang tampak tidak dapat menembus blokade yang dibuat oleh debu antar bintang yang mengisi galaksi. Pandangan kita ke jantung sang galaksi ini terhalang. Kemampuan teknologi menjadi tantangan untuk dapat mengintip apa yang terjadi di sana. Untuk itu, digunakanlah panjang gelombang infra merah untuk menembus blokade debu antar bintang tersebut. Dan bintang-bintang di area pusat galaksi kemudian dijadikan partikel penguji untuk mengungkap apa yang ada di sana. Bintang-bintang itu diamati geraknya selama mengorbit Sagittarius A.

Hasil yang diperoleh sangat berguna untuk memahami lubang hitam itu sendiri contohnya dalam hal massa dan jarak. Dan tampaknya 95% massa yang mempengaruhi gerak bintang tersebut adalah lubang hitam. Karena itu, kecil kemungkinan penyebabnya adalah karena materi kelam lain. Tak pelak, hasil ini menjadi bukti empirik keberadaan lubang hitam supermasif, yang diperlihatkan oleh bintang yang megorbit pusat galaksi. Dalam pengamatan, diketahui adanya konsentrasi massa yang besar sekitar 4 juta massa Matahari yang diyakini sebagai lubang hitam yang berada pada jarak 27000 tahun cahaya.

Dari ke-28 bintang yang diamati, 6 di antaranya mengorbit lubang hitam dalam sebuah piringan dan bintang-bintang pada area paling dalam memiliki orbit acak. Bintang S2 menjadi satu-satunya bintang yang berhasil mengelilingi pusat Bima Sakti periode 16 tahun tersebut.

Untuk membangun citra jantung Bima Sakti dan menghitung orbit bintang individu, tim ini mempelajari bintang-bintang tersebut selama 16 tahun, dimulai pada tahun 1992 menggunakan kamera SHARP yang dipasang di New Technology Telescope 3,5 meter milik ESO di Observatorium La Silla, Chille. Observasi lainnya dibuat pada tahun 2002 dengan 2 instrumen yang ada di Very Large Telescope (VLT).

Walau penelitian ini berhasil membuka lembaran baru bagi pembelajaran lubang hitam dan kondisi area pusat galaksi dalam tingkat akurasi yang tinggi, namun masih banyak misteri yang belum terkuak di sana. Apalagi bintang-bintang tersebut juga masih sangat muda untuk melakukan perjalanan jauh. Diduga, bintang-bintang ini terbentuk pada orbitnya saat ini dibawah pengaruh gaya pasang surut lubang hitam.

Di masa depan, berbagai rancangan penelitian lanjutan akan dilakukan untuk mengintip monster di jantung Bima Sakti itu. Salah satunya dengan menggunakan teknologi dengan resolusi sudut yang lebih tinggi.

Sumber : ESO

Pelantikan Obama Disaksikan Warga Luar Angkasa


TEXAS (SuaraMedia) - Tidak hanya warga di Bumi saja yang antusias menyaksikan acara pelantikan Barack Obama. Beberapa astronot yang berada nun jauh di luar angkasa pun turut menyaksikan momen bersejarah itu.

Para astronot yang tinggal di International Space Station (ISS) di luar angkasa bisa turut merasakan euforia dari pentahbisan Obama sebagai Presiden ke-44 Amerika Serikat. Meski jarak antara luar angkasa dengan Bumi terpaut jutaan kilometer, namun mereka dapat menyaksikannya secara langsung.

"Selamat kepada Presiden baru Amerika Serikat," tukas komandan ISS dari NASA, Michael Fincke, seperti yang dilansir Space, Rabu (21/1/2009).

Flincke bersama beberapa krunya merasa senang dapat menyaksikan langsung pelantikan tersebut dari luar angkasa. Mereka yang pada pemilihan lalu juga memilih dari luar angkasa, tidak dapat pulang ke Bumi karena panggilan tugas yang harus diembannya.

Para kru dari badan antariksa NASA itu juga mengucapkan terima kasih kepada Jhonson Space Center di Houston, Texas, yang bisa turut membantu hadirnya siaran langsung dari Bumi, sehingga bisa diterima dengan baik walaupun terpisah jutaan kilometer.

Kru yang dipimpin oleh Flincke ini memang telah 8 tahun menghabiskan waktunya di antarikasa. Tercatat sejak Oktober 2000 mereka telah tinggal jauh dari Bumi. Walaupun kini tengah menjadi "warga luar angkasa", para astronot berharap perubahan dari kebijakan baru yang akan dihadirkan presiden kulit hitam pertama di Negeri Paman Sam itu. (srn/okz) www.suaramedia.com

Kamis, 23 April 2009

Badai Matahari II


Melanjutkan postingan saya yang berjudul Badai Matahari, saya ingin sedikit memberikan pengertian mengenai badai matahari. Menurut beberapa artikel yang saya baca dari beberapa situs web, badai matahari merupakan puncak aktifitas matahari yang mempunyai periode sekitar 11 tahun. Jadi, badai matahari juga pernah terjadi pada tahun 1989 dan 2000.Pada saat puncak aktivitas itu, bintik matahari meningkat jumlahnya akibat aktivitas magnetiknya dan mendadak berpengaruh terhadap ruang antar planet.

Pada saat-saat itu frekuensi kejadian lontaran partikel berenergi tinggi dan emisi gelombang elektromagnetik berupa percikannya juga meningkat. Namun , badai matahari merupakan bagian dari cuaca di antariksa yang mirip dengan cuaca di bumi, hanya saja sifatnya berbeda.

Sebetulnya badai matahari tidak berdampak langsung pada matahari. Menurut Dr. Thomas Djamaluddin yang merupakan pakar Antariksa dari LAPAN yang terkena dampak dari badai matahari adalah benda - benda yang berada di luar angkasa. Seperti satelit.

Jadi, yang harus di waspadai adalah kemungkinan dari segi teknologi, seperti gangguan HP, dan televisi yang menggunakan satelit. Selain itu, navigasi pada sistem penerima global positioning system (GPS) frekuensi tunggal dan siaran radio gelombang pendek juga bakal terganggu akibat adanya gangguan ionosfer.

Badai Matahari


Pada pagi hari,tepatnya 1 September 1859, salah seorang astronom terkenal di Inggris Richard Carrington tengah mengamati matahari. Dengan menggunakan alat filter, dia mempelajari permukaan matahari melalui teleskopnya.

Namun, dia begitu terperanjat saat mengetahui ada kilatan cahaya terang keluar dari permukaan matahari. Tanpa diketahuinya, pada hari itu telah terjadi badai matahari yang diprediksikan dunia akan terulang kembali pada 1 September 2012.

Melansir pemberitaan Daily Mail, dikisahkan Carrington mencatat titik cahaya terang yang merupakan awan plasma menuju ke bumi. Sekitar 48 jam kemudian dampaknya mulai terasa luar biasa. Miliaran aurora menyinari langit malam di bumi. Cahayanya sungguh kuat sehingga membuat kita mampu membaca di tengah malam.


Sementara itu, di California, sekelompok pekerja tambang emas bangun lebih awal dari biasanya akibat cahaya terang yang mereka sangka sudah pagi hari. Padahal jam di saat itu menunjukkan pukul 2 dini hari.


Sejumlah operator telegraf menerima kejutan listrik tak beraturan akibat arus listrik matahari menghantam jaringan telekomunikasi. Saat itu dunia seakan-akan bermandikan listrik.

Menurut laporan “New Scientist”, badai matahari atau solar storm adalah siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa puncak kegiatan bintik matahari (sunspot), biasanya setiap 11 tahun akan memasuki periode aktivitas badai matahari.

Ilmuwan Amerika baru-baru ini memperingatkan bahwa pada tahun 2012 bumi akan mengalami badai matahari dahsyat (Solar Blast), daya rusaknya akan jauh lebih besar dari badai angin “Katrina”, dan hampir semua manusia di bumi tidak akan dapat melepaskan diri dari dampak bencananya. Daniel Becker dari University of Colorado seorang ahli cuaca angkasa menjelaskan, “Sekarang ini kita semakin dekat dengan kemungkinan bencana ini.

Jika manusia tidak dapat mempersiapkan diri dengan matang terhadap bencana badai matahari yang akan menimpa ini. Badai matahari ini mungkin akan memutuskan pasokan listrik umat manusia, sinyal ponsel, bahkan termasuk sistem pasokan air.”

Sumber : http://apakabardunia.com/2009/04/badai-matahari-pernah-terjadi-pada-1-september-1859/

Senin, 13 April 2009

Permata Terbesar Di Jagad Raya


Ditemukan sebuah bintang baru, bintang ini adalah sebuah batu permata terbesar di alam semesta : diamater 4.000 km, dikenal dengan nama “BPM 37093”.

Bintang ini merupakan batu permata terbesar di alam semesta yang diketahui saat ini : diameter 4.000 km, dan beratnya setara dengan 10 dipangkatkan 34 karat.

“BPM 37093” terletak di Centaurus, jaraknya dari bumi sekitar 50 tahun cahaya, ia adalah sebuah bintang cebol putih, hasil dari bintang tetap kecil yang menuju ke masa akhir evolusi,dan intinya adalah karbonkristal (batu permata) yang berdensitas eksra tinggi, bagian luar diselimuti dengan lapisan hidrogen dan helium.

Sehari menjelang Hari Valentine pada 2 tahun silam, ilmuwan asal Amerika Serikat Micter Kaerf, Monger Marry dari Universitas Combridge, Inggris, dan ilmuwan asal Brasil yakni Kannan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan bintang “BPM 37093”, ketika itu Micter dengan nada canda mengatakan :
“Meskipun harta kekayaan Sang Raja Komputer Bill Gates plus harta Donald Trump digabung juga tidak akan sanggup membelinya.”
Selama 40 tahun ini, astronom selalu beranggapan bahwa inti bintang cebol putih akan mengkristalisasi seiring dengan turunnya suhu, namun bukti yang akurat semuanya sulit diamati.

Micter menghitung intinya memang sudah mengkristal melalui getaran pulsasi “BPM 37093”-nya bintang cebol putih. 5 miliar tahun kemudian, matahari kita juga akan berubah menjadi sebuah bintang cebol putih, dan ditambah lagi dengan beberapa masa, maka yang tampak di pusat tata surya kita saat ini hanya berupa sebuah batu permata raksasa.

Kalo bintang ini jatuh ke bumi semua orang di bumi pasti jadi orang kaya, he..he..!

Sumber:http://apakabardunia.com/2009/03/permata-terbesar-di-jagat-raya/

Selasa, 07 April 2009

Cerpen

Postingan saya kali ini, bukan mengenai luar angkasa, tapi sebuah cerpen hasil karya sendiri. Meskipun ceritanya ga bagus, tapi yang penting di posting. Soalnya ini tugas dari Kaprog Multimedia.
Oke deh, silahkan baca cerpennya.


"Halo, Ari?. Loe bisa ke rumah gue ga???".Tanya lina
"Emang ada apa yan??"Jawab ari
"Nanti gue ceritain di rumah gue.Bisa ga ???"
"Oke dech, sekitar jam 1 gue ke rumah loe."
"Oke dech, thx's ya ri."

Tut....Tut..... Lina menutup hp nya. Sudah tiga hari dia selalu memintaku untuk ke rumahnya.
Dan setiap ku kerumahnya, pasti dengan cerita yang sama.
Tubuhku masih terbaring di tempat tidur, ketika waktu mununjukkan pukul 12.
Aku segera bangkit untuk mandi. Meskipun aku tak ingin ke rumah lina, namun aku tak dapat melakukannya.

Ku ambil kunci mobil ku, ku lihat jam menunjukkan pukul 12.30. Aku segera memepercepat langkah ku ke mobil. Masih teringat dalam benak ku, ketika dia mengatakan bahwa dia mulai merasa tak cocok dengan Evan. Cowok yang selama ini sudah bersama Lina selama hampir 2 tahun.

Aku tiba di ruamh Lina, ternyata dia sudah menunggu kedatanganku. Bisa kurasakan kegundahan yang dia rasakan. Aku, Lina dan Evan merupakan sahabat baik, hubungan mereka pun aku yang menjodohkannya, namun entah mengapa, akhir - akhir ini Lina mulai merasa tidak nyaman degan hubungannya.

"Thanks ya ri loe dah mau dateng. Sorry gue dah nyuruh loe ke rumah gue" Sambutnya
"Oh, ga pa2 ko Lin. Bay the way da pa Lin? Kenapa loe nyuruh gue ke rumah loe?" Tanya ku
"Loe masuk dulu aja dech ri, gue bikinin minum buat loe dulu ya" Ujarnya
"Thanks ya Lin, jadi ngerepotin nih."

S



Sabtu, 04 April 2009

Nasib Bumi Kita Di Masa Depan

Apabila pemanasan global terus berlanjut pada suhu tertentu maka kita akan menghadapi kepunahan. Jadi apa yang sebenarnya akan terjadi apabila bumi terus memanas?

Jurnalis dan penyiar acara lingkungan hidup asal Inggris, Mark Lynas, melakukan perjalanan selama 3 tahun yang mengelilingi 5 benua untuk menyaksikan berbagai perubahan karena dampak pemanasan global. Dari mencairnya tundra di Alaska, tenggelamnya pulau di Pasifik dari negara bagian dari Tuvalu, dan bertambahnya dataran tandus di pedalaman Mongolia sampai pada lenyapnya lapisan es di Peru dan banjir, serta badai yang menyebabkan erosi di China. Tuan Lynas secara pribadi mengumpulkan semua bukti yang dikumpulkan dalam bukunya mengenai perubahan iklim, High Tide: The Truth About Our Climate Crisis (Gelombang Besar: Kenyataan Mengenai Krisis Perubahan Iklim Kita).


Setelah itu, dalam waktu singkat Tuan Lynas mempelajari lebih mendalam tentang berbagai bukti ilmiah serta rasional mengenai efek pemakaian bahan bakar fosil terhadap iklim, lingkungan, dan kehidupan di planet ini. Beliau menghabiskan waktunya beberapa bulan di perpustakaan ilmiah Radcliffe di Universitas Oxford untuk membaca ribuan buku literatur ilmiah yang telah dianalisa secara mendalam sebelum mempublikasikan buku kejutannya yang kedua, Six Degrees: Our Future on a Hotter Planet (Enam Derajat: Masa Depan Kita di Planet yang Semakin Panas); sebagai media lain untuk membangkitkan kesadaran.

Buku terbarunya secara sistematik membahas perubahan iklim berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian secara ilmiah dengan penggunaan aplikasi komputer tahap lanjut dan juga pencarian secara palaeoclimatic untuk menelusuri sejarah bumi yang memberikan gambaran akan pemanasan iklim di masa mendatang dan akibat yang akan dihadapi. Selain itu ia juga meneliti periode-periode dari perubahan iklim dramatik sebelumnya melalui proses alami dan meramalkan akan efek menakutkan dari pemanasan global yang akan dihadapi semua kehidupan dan lingkungan di planet ini.

Derajat demi derajat, satu derajat per bab. Enam Derajat disusun berdasarkan “Laporan Perkiraan Ketiga” dari Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) tahun 2001 (http:/www.ipcc.ch). Pada setiap halaman, efek dari peningkatan temperatur di bumi dan lapisan biosfernya digambarkan dalam realitas yang menguatirkan.

Kenaikan suhu 1ºC sampai 3ºC merupakan “titik puncak”, tetapi jika naik sampai pada 6 ºC maka peningkatan ini dapat menyebabkan kepunahan pada hampir semua kehidupan, termasuk manusia! Sulit dibayangkan jika perilaku dari manusia sendiri yang menyebabkan kerusakan dan penderitaan yang tidak diharapkan. Kita telah membahayakan planet ini dan berada di ambang kehilangan momentum apabila kita tidak bertindak secepatnya untuk membatasi efek emisi gas rumah kaca.

Kenaikan Suhu 1 Derajat:

Pada kenaikan suhu 1 derajat, Kutub Utara akan kehilangan es setengah tahun penuh, Atlantik Selatan yang sebelumnya tidak ada badai akan mengalami serangan badai dan di barat AS terjadi kekeringan parah yang mengakibatkan banyak penduduk menderita.

Kenaikan Suhu 2 Derajat

Beruang kutub berjuang untuk hidup saat lapisan es mencair. Lapisan es di Greenland mulai menghilang, sedangkan batu karang menjadi lenyap. Permukaan air laut mengalami kenaikan 7 meter secara global.

Kenaikan Suhu 3 Derajat

Hutan hujan di Amazon mengering dan pola cuaca El Nino bertambah intensitasnya menjadi sesuatu yang biasa. Eropa secara berulang mengalami musim panas yang teramat panas yang sangat jarang terjadi sebelumnya. Jutaan dan milyaran orang akan berpindah dari sub tropik menuju daerah pertengahan garis lintang.

Kenaikan Suhu 4 Derajat

Air laut akan meninggi dan meluap membanjiri kota-kota di daerah pesisir. Menghilangnya lapisan es akan mengurangi banyak persediaan air tawar. Suatu bagian di Kutub Selatan akan tenggelam dan menyebabkan area air yang meluap semakin jauh. Temperatur musim panas di London akan menjadi 45ºC.

Kenaikan Suhu 5 Derajat

Daerah yang tidak bisa dihuni semakin menyebar, tumpukan es dan air tanah sebagai sumber air untuk kota-kota besar akan mengering dan jutaan pengungsi akan bertambah. Kebudayaan manusia akan mulai menghilang seiring dengan perubahan iklim yang dramatik ini. Dalam hal ini kelompok yang kurang mampu sepertinya akan menjadi paling menderita. Tidak ada lagi es yang tersisa pada kedua kutub seiring dengan punahnya bermacam species di lautan dan tsunami dalam skala besar memusnahkan kehidupan dekat pantai.

Kenaikan Suhu 6 Derajat

Pada kenaikan suhu 6 derajat, kepunahan massal sebesar 95% akan terjadi; makhluk yang masih hidup akan mengalami serangan badai dan banjir besar yang terus menerus; hidrogen sulfat dan kebakaran akibat gas metana akan menjadi hal yang biasa. Gas ini berpotensi menjadi bom atom dan tidak ada yang mampu bertahan hidup kecuali bakteri. Hal ini akan menjadi “skenario hari kiamat.”

Hal yang lebih menguatirkan adalah karena kompleksnya ekosistem di planet ini, kenyataan akan perubahan iklim ini dapat menjadi lebih buruk dibandingkan dengan perkiraan yang dilakukan secara ilmiah! Prediksi akan efek dari perubahan iklim sangat menguatirkan. Saat menganalisa ulang seluruh data yang ia kumpulkan, Tuan Lynas berpikir, mungkin ia “harus merahasiakan semuanya” karena kebenarannya sangat “menakutkan.” Sebenarnya, beberapa dari perkiraan mulai menjadi kenyataan, sebagai contoh, gelombang panas saat musim panas di Eropa telah mulai mempengaruhi kesehatan manusia, khususnya para manula. Cuaca yang memanas juga menyebabkan malaria dan penyakit lainnya yang bertambah secara regional. Pemanasan global telah membuat lapisan es di China menyusut 7% setiap tahunnya, hal ini dapat berakibat kerusakan yang lebih besar dan memberi efek kepada 300 juta jiwa yang sangat menggantungkan kebutuhan air mereka dari situ. Di India, mencairnya es yang sangat cepat telah menyebabkan 70.000 orang harus pindah dari Pulau Lohachara yang tenggelam, dan kenaikan permukaan laut telah menyebabkan dipindahkannya 20.000 penduduk yang tinggal di dataran paling rendah di Kepulauan Duke of York pada tahun 2000. Pada keadaan yang rentan dari ekosistem serta sistem sosial yang saling terkait satu sama lainnya, planet yang semakin panas juga menyebabkan rantai reaksi yang memicu terjadinya kelangkaan makanan dan air seiring dengan bertambahnya pengungsi sebagai akibat perubahan iklim.

Akan tetapi, Tuan Lynas tidak berniat membuat pembaca pesimis akan masa depan planet ini. Sebaliknya dia menyampaikan peringatan dini secara jelas dan mendesak perhatian internasional akan diperlukannya usaha bersama untuk mengatasi pemanasan global seperti “mengambil tabung pemadam dan memadamkan api.” Tidak diragukan lagi bahwa “api’ tersebut timbul sebagai akibat yang berkaitan dengan perilaku manusia dan berdasarkan analisis data, berbagai jenis emisi yang menyebabkan kenaikan temperature; dan waktu yang tersisa kurang dari 1 dekade saat kenaikan mencapai puncak ‘enam derajat’! Sesuai indikasi yang tercantum di bagan, kita telah mendekati tingkat 2 derajat, dengan demikian pilihan kita satu-satunya adalah bertindak secepat mungkin serta mengurangi emisi karbon dan metana.
(Sumber:ilmuphotoshop)

Jumat, 03 April 2009

Ancaman Nyata Dari Luar Angkasa

Ancaman nyata dari luar angkasa adalah serbuan bakteri yang telah mengalami mutasi sehingga menjadi pembunuh ganas.

Tahun ini, penelitian ruang angkasa memasuki usianya yang ke 50. Banyak temuan baru dan bidang keilmuan angkasa luar maju pesat. Bahkan dapat disebutkan jauh lebih pesat ketimbang penelitian kebumian. Berbagai ancaman dari luar angkasa juga dapat diperhitungkan, dianalisa dan dicari penangkalnya. Baik itu ancaman tumbukan dengan meteorit besar atau berbagai ancaman lainnya. Sejauh ini dalam benak orang awam, yang terbayangkan sebagai ancaman dari angkasa luar adalah monster-monster mengerikan, baik berupa sosok raksasa atau makhluk luar angkasa berkulit hijau berukuran manusia kerdil yang ganas dan haus darah. Akan tetapi,
ancaman nyata yang sebenarnya adalah serbuan bakteri pembunuh. Penelitian yang dilakukan badan antariksa AS-NASA di luar angkasa menunjukkan, bakteri yang berasal dari Bumi di ruang tanpa bobot mengalami mutasi menjadi bakteri amat mematikan.

Sejumlah film fiksi ilmiah sudah menggambarkan bagaimana dahsyat dan mengerikannya serbuan makhluk luar angkasa berukuran kecil, yang memusnahkan kehidupan umat manusia di Bumi. Sekarang fiksi ilmiah semacam itu sudah menjadi kenyataan. Bakteri Salmonella yang dibawa dari Bumi dalam misi wahana penerbangan ulang-alik ke luar angkasa pada tahun lalu, terbukti mengalami mutasi menjadi bakteri amat mematikan. Untuk ujicoba, bakteri salmonella itu dibungkus dalam kemasan tiga lapis tahan pecah, untuk mencegah bakteri amat mematikan itu lolos ke udara. Salmonella adalah bakteri berbentuk batang, yang memicu gejala keracunan makanan ditandai dengan buang air terus menerus pada manusia. Dalam kondisi normal, keracunan salmonella dapat diobati menggunakan antibiotika dan pemberian tambahan cairan elektrolyt. Tapi pada anak-anak atau kelompok risiko, bakteri salmonella dapat memicu penyakit berat hingga kematian. Penyakit berat yang ditimbulkan bakteri salmonella antara lain infeksi saluran pencernaan, typhus dan paratyphus.

Dalam penelitian di luar angkasa, bakteri salmonella yang dibawa dikembangbiakan dalam kultur makanan. Setibanya kembali ke Bumi, bakteri salmonella yang dikembangbiakan di lingkungan tanpa bobot itu diujicoba pada tikus di laboratorium. Hasilnya, bakteri yang dibawa ke luar angkasa membunuh tikus percobaan jauh lebih cepat, dibanding tikus ujicoba yang mendapat infeksi salmonella yang berkembang biak di Bumi. Inilah skenario horror dari bakteri pembunuh dari luar angkasa. Sekitar 150 sekuens gen dari salmonella yang dibawa ke ruang angkasa, terbukti jauh lebih aktiv dibanding gen salmonelle normal. Demikian diungkapkan pimpinan penelitian, Dr. Cheryl Nickerson dari Universitas Arizona; “Kita mengirim astronot lebih lama lagi ke luar angkasa dan semakin jauh dari Bumi. Dengan itu risiko penyakit infeksi lebih besar lagi.“

Kekebalan Tubuh Melemah

Seperti diketahui, dalam kondisi tanpa bobot sistem kekebalan tubuh manusia berfungsi lebih lemah ketimbang jika berada di Bumi. Artinya risiko untuk terinfeksi bibit penyakit juga menjadi lebih besar lagi. Bayangkan jika bakteri yang menyerang adalah dari jenis yang sudah mengalami mutasi, dengan tingkat fatalitas yang juga jauh lebih tinggi dari bakteri sejenis di Bumi. Di masa depan, ancaman kesehatan gawat semacam itu, akan semakin sering dihadapi para astronot dalam misi cukup lama di luar angkasa.

Sejauh ini penelitian baru mencakup serangan bakteri, yang memang berasal dari Bumi dan terbawa ke luar angkasa. Belum diketahui, apakah di luar angkasa yang sulit diketahui batasnya itu, juga terdapat bakteri lainnya yang masih menunggu inang baru dari Bumi. Ancaman sejauh itu belum dibayangkan oleh Dr.Cheryl Nickerson. Akan tetapi, peneliti dari Universitas Arizona itu juga menarik sisi positiv dari temuan bakteri salmonella yang mengalami mutasi di luar angkasa. Nickkerson menjelaskan ; “Jika kita memanfaatkan pengetahuan dan sifat bakteri tsb, kita dapat memiliki kemungkinan pengembangan metode baru pengobatan dari penyakit yang ditimbulkannya, pembuatan obat-obatan baru atau bahkan vaksinnya.“

Penyebab mutasi bakteri itu, menurut Nickerson bukan kondisi tanpa bobot itu sendiri. Melainkan dampak kondisi tanpa bobot pada cairan di dalam sel. Akibat kondisi tanpa bobot di luar angkasa, mekanisme gesekan molekul dalam cairan sel berkurang. Kondisi seperti ini, mirip dengan ketika bakteri salmonella berada di dalam saluran pencernaan manusia. Bagi salmonella, berkurangnya medan gesekan dalam cairan sel, ditafsirkan sebagai sinyal mereka berhasil masuk ke dalam tubuh organisme yang lebih besar. Dengan itu salmonella secepat mungkin mengubah sistem metabolismenya. Terutama dengan mengurangi drastis produksi molekul tertentu yang disebut LPS pada dinding sel, yang berfungsi sebagai tanda adanya musuh bagi sel pertahanan tubuh. Semakin sedikit LPS pada dinding sel, maka semakin sulit pula sel pertahanan tubuh manusia mencari pertanda adanya penyusup yang merugikan kesehatan. Adaptasi penting lainnya agar bakteri tetap bertahan hidup, adalah meningkatkan ketahanan terhadap asam serta kelihaian untuk tetap bertahan hidup di dalam sel pemusnah bakteri atau makrophagus, dari sistem kekebalan tubuh manusia.

Biofilm Pelindung

Ujicoba di luar angkasa itu, pada intinya memperkuat hasil penelitian sebelumnya, dengan simulasi sistuasi tanpa bobot di dalam peralatan sentrifugal. Juga dalam penelitian di laboratorium di Bumi, bakteri menunjukan perubahan drastis kandungan unsur aktiv maupun keganasan serangannya. Akan tetapi bakteri yang dibawa ke luar angkasa, juga menunjukkan rincian lain. Salmonella bersangkutan mulai membentuk lapisan ekstra-seluler, yang merupakan pertanda produksi bio-film pelindung. Bio-film ini biasanya berbentuk cairan amat kental dari pollysacharida, yang berfungsi menangkis serangan dari luar. Dalam tubuh manusia, jenis salmonella yang menyebabkan typhus, juga membentuk bio-film semacam itu, untuk bersembunyi di dalam kantong empedu agar tidak terlacak sistem kekebalan tubuh. Dengan cara itu bakteri typhus bisa bersembunyi bertahun-tahun tanpa dapat dilacak, dan menyerang jika situasinya menguntungkan. Inilah mimpi buruk para ahli pengobatan.

Bagi peneliti mikrobiologi Cheryl Nickerson berbagai fakta baru itu, justru semakin menumbuhkan semangat bagi penelitian lebih lanjut. Dalam misi ulang-alik mendatang, pihaknya akan mengirim bakteri lainnya ke luar angkasa untuk penlitian dalam kondisi tanpa bobot. Semua itu bertujuan untuk mengetahui mekanisme bibit penyakit dalam kondisi ekstrim, sekaligus mencari dan mengembangkan metode baru pengobatan, obat-obatan serta vaksin pencegah penyakitnya. Hasil yang diperoleh, disebutkan bukan hanya bermanfaat bagi para astronot, yang melaksanakan misi jangka panjang di luar angkasa. Namun juga bagi para penghuni Bumi.

Sumber :( Radio Jerman )

Tamu Dari Luar Angkasa

Tamu Dari Luar Angkasa

Bumi sejak zaman dahulu sering didatangi tamu dari luar angkasa. Baik yang hanya melintas, atau mendarat di permukaan Bumi. Bahkan tamu-tamu itulah yang diduga memicu munculnya kehidupan serta menciptakan ekosistem yang mampu menopang kehidupan hingga kini. Yang kita bicarakan disini bukan makhluk luar angkasa yang turun dari piring terbang atau UFO, melainkan benda langit yang bernama asteroid, meteorit arau komet. Benda-benda langit itulah yang diyakini menciptakan ekosistem di Bumi.

Ribuan meteorit menghujani bumi setiap tahunnya. Hanya saja karena ukurannya amat kecil, meteorit ini sudah hancur terbakar ketika memasuki atmosfir. Sebagian diantaranya mungkin masih tersisa dan jatuh ke Bumi berupa bola berapi. Berita terakhir yang membuat masyarakat panik adalah laporan dari perhimpunan astronomi internasional- IAU, yang mengatakan ada kemungkinan pada tahun 2028, sebuah asteroid besar akan menabrak Bumi.

Laporan IAU tsb, segera menimbulkan kepanikan penduduk di berbagai negara. Sehari kemudian para pakar dari laboratorium propulsi jet -JPL di California membantah laporan tsb. Berdasarkan analisis foto astronomi diperoleh data, bahwa asteroid besar yang diberinama XF 11 itu hanya akan melintasi Bumi pada jarak sekitar 960.000 kilometer. Sebagai perbandingan, jarak antara Bumi dengan Bulan adalah sekitar 380.000 kilometer. Tetapi para ahli astronomi menyebutkan, ancaman terkena jatuhan benda langit semacam itu amat sulit diramalkan. 1. Diakui, selama ini pengamatan dan data mengenai ancaman jatuhnya asteroid, meteorit dan komet ke Bumi, amatlah terbatas. Pada tahun 1995 AS memprakarsai program pengamatan asteroid dekat Bumi-NEAT. Sampai saat ini, program tsb sudah berhasil melacak dan mendata lebih dari 6.000 asteroid baru, 15 diantarnya digolongkan amat dekat dengan Bumi dan 4 diantaranya dikategorikan amat berbahaya.

Apa bahayanya jika sebuah asteroid atau meteorit jatuh ke Bumi ?. Film Deep Impact mungkin mampu menggambarkan betapa dahsyatnya bencana yang ditimbulkan. Atau kejadian nyata pada tanggal 30 Juni tahun 1908, ketika sebuah meteorit berdiameter hanya 60 meter, meledak di ketinggian 15 kilometer di atas hutan di kawasan Tunguska Siberia. Dalam radius 60 kilometer rumah-rumah seolah diguncang gempa hebat. Dan pada radius sekitar 20 kilometer dari pusat ledakan, hutan terbakar dan porak peranda. Atau terciptanya kawah meteorit berdiameter satu kilometer di Arizona AS, yang merupakan dampak dari jatuhnya sebuah meteorit besi berdiameter 100 meter pada 20.000 tahun lalu.

Sejauh ini para ahli juga memperkirakan, musnahnya dinosaurus 65 juta tahun lalu, adalah akibat jatuhnya sebuah asteroid berdiameter 10 kilometer ke semenanjung Yucatan di Mexiko. Dahulu dampaknya tidak mengancam manusia. Karena ketika dinosaurus musnah, manusia samasekali belum ada di Bumi. Sementara 20.000 tahun lalu Arizona adalah kawasan kosong yang tidak dihuni manusia.

Bila perhitungan para ahli meleset, dan asteroid XF 11 yang berdiameter 1,6 kilometer benar-benar jatuh ke Bumi maka bencana besar dalam sekejap akan memusnahkan ratusan juta manusia. Energi ledakan yang dilepaskannya diperhitungkan setara dengan 20 juta kali energi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Impak tabrakan akan menyebabkan letusan gunung api, memicu tsunami serta membuat Bumi gelap gulita. Dalam waktu sekejap, umat manusia akan merasa kembali ke zaman batu.

Masalahnya kini adalah, bagaimana meramalkan akan jatuhnya benda langit itu ke Bumi. Mengapa tiba-tiba benda langit itu menyimpang dari jalurnya. Serta bagaimana mencegah agar bencana besar tidak menimpa umat manusia. Untuk itu berbagai program angkasa luar, kini juga dikaitkan dengan pengamatan benda langit dekat Bumi. Berbagai data mengenai perubahan perilakunya juga dicatat secara teliti. Jutaan foto dibuat untuk analisis data.

Asteroid dekat Bumi, biasanya merupakan asteroid yang terpental dan melenceng dari jalur alamiahnya. Di tata surya, sabuk asteroid terletak antara planet Mars dan Yupiter. Akan tetapi bila ada gaya lain dari alam semesta, misalnya ada komet yang melintas atau terjadi tabrakan asteroid, maka beberapa buah asteroid itu lepas dari jalurnya dan boleh jadi memasuki gaya tarik Bumi. Bila obyeknya cukup besar, benda langit ini dapat bertahan, dan kemungkinan jatuh ke Bumi. Bila obyeknya kecil, biasanya habis terbakar di luar angkasa.

Relatif kecilnya asteroid atau meteorit yang memasuki gaya tarik Bumi, menyebabkan seringkali luput dari pengamatan para ahli. Diameter sekitar satu kilometer bagi benda langit adalah relatif kecil bila dibanding dengan satelit atau planet serta bintang yang ukurannya amat besar. Diakui, para ahli astronomi seringkali hanya berhasil melihat jejaknya, bahwa sebuah meteor atau asteroid baru saja melintasi Bumi. Dengan demikian, bila benda langit ini jatuh ke Bumi, para ahli tidak berdaya mencegahnya, karena memang tidak mampu melacaknya. (Sumber:klik disini)